2011/12/22

...stay..



Suatu sore...saat hujan dan mendengar cerita mu, Aku menuliskan ini :

"Menghilang"...Aku memikirkannya di tiap jeda memikirkanmu, memikirkanku, memikirkan mereka, memikirkan ini dan itu. ...tak ingin menghilang seperti kabut pagi, atau seperti embun yang menguap tak menyisakan tanda. Juga tak ingin menjelma noda yang membekas dan merusak warna.

sepertinya Aku tak ingin melakukan apa-apa...hanya ingin tetap di sini...

(untukmu yang membuatku gila setahun ini..^_^ )

2011/12/10

..Just one night #3

Aku masih memandang nya lekat dari kejauhan malam ini. Seperti kemarin, pun Aku masih jatuh cinta. Walau sangat ingin mempercayai dia menatapku lebih lama dari pengunjung lainnya, atau dia lebih sering melirik ke meja kami. Tak ingin Ku pastikan, hanya memilih membiarkan harapku dalam "kemungkinan", ruang yang tetap dapat membuatnya me-wujud, meski sisi lain bisa meniadakannya.

Dia pernah mengabaikanku beberapa minggu (sepertinya setelah ku perlihatkan tulisan ini). Perlakuan ramah yang tiba-tiba berbeda. Ada sesuatu yang seolah dibatasi dan menunjukkan ragu.
Aku sedikit gusar walau kupahami akhirnya, bahwa sebuah aksi menghasilkan reaksi yang bebas dan tak dapat ku hukumi. Aku cukup harus diam menunggunya. Aksi baru hanya akan melahirkan rantaian reaksi yang membuatnya semakin rumit. Dia mungkin sedang mengerjapkan mata dalam gelap, sebelum menangkap pancaran cahaya dari tiap benda.
Saat terbiasa, dia akan melihatku lebih tepat.

...dan seketika keintiman itu kembali, dia duduk bersama kami lebih lama, keramahan yang biasa, tawa yang sama. Aku ingin menarik rambutnya karena geram telah membuatku gusar. Sangat ingin kutanyakan, ada apa dengannya kemarin?? Kemana dirinya??
Tapi....Aku memilih menyimpan tanyaku dan menikmati keberadaannya. Aku merindukan dia di sana, obrolan basa basi yang memberiku ruang untuk menikmatinya. Bagiku...itu cukup.

Aku membaca tiap raut yang dihadirkannya, dan pikirku liar mengarang beberapa skenario tentang "kami kemarin". Salah satunya adalah,

......kami mungkin memiliki "sesuatu".
Ada rasa di sana yang coba kami pahami, mengapa mataku tak dapat beralih darinya, mengapa dia menghampiriku lebih lama, mengapa terkadang kami saling mencari. Kami sama menahan diri untuk menanyakannya, atau mencari tahu nama dan bentuk rasa itu. Mungkin terlalu takut untuk bertanggung jawab pada hati kami setelahnya. Entahlah...melepasnya mengawang terasa lebih baik. Lagipula...tidak semua hal harus terjawab dan terdefinsikan?
"Sesuatu" ini sepertinya lebih indah bila dalam pahaman saja.

Heee..Ini skenario yang paling ku sukai, imagi gila dengan sedikit intrik dan dramatisasi. Ada banyak "mungkin" di sana...dan biarlah tetap di sana.

Aku kembali..selalu kembali, tetap jatuh cinta tiap malam itu, hanya di tempat itu.
Terima kasih...^_^


(Heee..jangan takut padaku @ Greencoustic,Megaria XXI)




2011/11/18

"Time for healing"

Aku benar-benar tertatih, terantuk sana sini dengan tangis meringis. Kadang berhenti, bersandar sejenak di mana saja, menurunkan bahu, menutup mata dan mencoba tidak memikirkan apapun. Kau tidak merasakannya kan?

Aku seolah tak pernah beranjak dari tempat itu. Berulang kali mengangkat langkah dan tanpa sadar mengurungkannya. Kalaupun Aku berlari pergi, saat pagi...akan kembali terbangun di tempat yang sama.


Apakah kita mengakhirinya malam itu?

Aku tak mengingatnya jelas...yang Aku tahu, sejak hari itu mataku selalu basah. Aku bahkan tidur lebih cepat agar tangis itu berhenti.

Kau ingat pernah bertanya, mengapa air mataku terjatuh?
Aku memikirkannya sepanjang hari, dan Aku tak tahu mengapa.
Sesuatu yang melahirkan pedih, mungkin kehilangannya, penolakannya, ingatan tentangnya.
Untuk kita...menyadari suatu hari akan terbangun tanpa mengingatmu,
melalui mu tanpa menoleh, mendengar suara mu tanpa tertawa, tertidur tanpa merindukanmu. Itu..menyedihkan untukku.


Aku menulisnya kemarin, saat pagi terasa sangat menyebalkan karena mu. Tak meninggalkan ku tapi membiarkanku meninggalkan mu. Tetap di tempat mu, memandangku pergi, tapi membuka tangan lebar untuk menyambut ku kembali.

....hari ini, Aku memilih untuk tidak memikirkannya. Menyisihkannya ke sudut, membiarkannya menentukan langkah sendiri. Aku terlalu letih menebak akhirnya.
Setidaknya, hari ini mataku tak lagi basah ^_^

Aku tak tau akhirnya, hanya berharap esok akan lebih baik.

2011/11/09

..Just one night #2


Seorang teman...bukan, dua orang teman menegurku karena tulisan ini .

Aku bergeser ke tepi, membiarkan mereka menggelar orasi yang penuh kecaman dan geraman. Berdiri di sana, memicingkan mata dengan setumpuk kebosanan, menguap tak tertahan serasa terbuai omelan panjang. Aku sepertinya paham kecemasan yang menggantung dalam kepala mereka. Aku telah memancing rasa yang tak mampu kupertanggung jawabkan, dengan pilihan kata (baca : yang menurut mereka) berlebihan dalam cerita tentang "mu". Mereka menyalahkanku untuk semua kebimbangan "mu" karena tulisan itu.

Heiiiii...Aku bahkan tak yakin ada bimbang dalam pikir "mu", ataupun kesan ku terbawa hingga tidur "mu"...?? Maaf...tapi agak sulit mempercayainya.

Kamu...mengunjungi tiap meja, dengan senyum yang sama, menyalami dan menyapa wajah yang tak asing. Aku pasti gila kalau merasa berbeda.

Ku katakan Aku memang "...jatuh cinta..."

Terima kasih, untuk tiap kesenangan yang hadir karena "mu". . Aku jatuh cinta pada cara "mu" tersenyum, gerak "mu" saat bernyanyi, genggaman "mu", sapaan "mu" yang seolah telah mengenal kami ribuan tahun.

Mereka menggeleng saat Aku mengangguk karena memahami kecemasan mereka. Aku pun berusaha mengaduk semua rasionalitas yang menyalahkan kebenaranku dan membenarkan kesalahan mereka. Tapi...sepertinya, kali ini mereka yang berlebihan.
Aku mengaku "tak bersalah".^_^

[untukmu...yang selalu membuat kami jatuh cinta @Cafe XXI Megaria ]

2011/11/01

just...wake me up



Jam 3 dini hari...

Terbangun...Mencoba belajar
...yang ada rindu ku menumpuk, Aku tertidur kembali..

2011/10/26

Life = Chapters of Goodbye

Hari ini, Aku menarik napas untuk kesekian kalinya, mengutuk air mata yang tak juga habis menggenang. Rasanya ingin membenturkan kepala di dinding, memecahkan semua ingatan tentangmu sampai serpihan terhalus, lalu lenyap beterbangan menjauh.

Aku anak sekolah, Residen Pulmonologi semester dua, yang setiap pagi harus bangun dan menyeret langkah ke Rumah Sakit, menyiapkan peralatan konferensi di ruang kuliah, menyiapkan pertanyaan untuk Jurnal hari itu yang berarti Aku telah membaca deretan jurnal bandingan. Malam hari, saat lelap masih memeluk, Aku harusnya terjaga bersama deretan textbook, yang kalimatnya seringkali terlihat melayang, mengabur, hilang dan Aku tertidur dengan rasa bersalah esoknya.

Tapi, beberapa hari ini seperti ingin abaikan pagi. Mata sembab sisa tangis yang membeku dalam kantung mata. Terbangun dengan kepala sakit, menyeret langkah ke kamar mandi, membiarkan air dingin mengalir ke sela rambut terjatuh bersama air mata. Aku bahkan menunduk, membenci sinar pagi yang membuatku harus kembali ke Rumah Sakit. Aku hanya ingin mengendap di kamar, mendekap diri, membekap isakku kemudian terlelap, berharap terbangun tanpa mengenalmu.

Entah Aku yang pergi, atau dirimu yang meninggalkan..atau kita sama berbalik pergi di hitungan ketiga. Sepertinya tak akan berbeda.
Aku kehilangan sesuatu karena mu dan Aku menyalahkanmu...


2011/10/17

..Just one night

Ini kisah cintaku..hanya semalam, selalu hanya semalam. Aku jatuh cinta di tiap pertemuan, ketika malam belum menelan pekat sepenuhnya. Jangan salahkan Aku, saat pandanganku tak dapat beralih. Aku tak sudi menunduk, hanya ingin mengurungnya dalam irisku tanpa sedikit pun jeda kedipan.

Dia tak menyadariku. Baginya, Aku sama dengan pengunjung lain yang datang ke tempatnya bernyanyi. Dia akan tersenyum sangat lebar, menyapa tiap meja dengan ramah, berbincang sedikit dan tertawa lebih banyak. Aku pun satu diantaranya. Aku gila, jika menganggap senyumannnya hanya untukku, tatapnya hanya padaku, lagu itu hanya buatku. Tapi..Maaf, Aku menyukainya, dan kepekaan ku tentangnya melewati ambang, kepemilikanku padanya tak tahu batas.

Seperti malam ini, Aku menempati meja ku, mencuri tiap sisi wajahnya dari sudut mataku. Dia di sana. Haaa..Aku menginginkan senyum itu, bukan sekedar ritual sapa yang akan basi saat pagi, tapi sesuatu yang memacu debarku hanya dengan mengingatnya. Dia menyanyikan lagu demi lagu, larut di dalamnya seolah tak berpijak bersama kami. Aku terpaku padanya. Ingin menyentuhnya, membisikkan betapa dia terlihat sedap saat di atas sana. Atau…lebih baik ku katakan saja, “Berhentilah…senyum itu membuatku gila.”

..dan malam telah menelan pekat sepenuhnya, beranjak bersama lagu terakhir. Lampu-lampu di matikan. Meja kursi di geser ke tepi. Dia berlalu, sisakan diriku yang bukan hanya jatuh cinta berkali-kali di tiap pertemuan, tapi juga patah hati untuk kesekian kalinya. Waktunya melepaskan kesenangan ini, kembali pada rutinitas yang menjemukan.

Kembali menemuinya di akhir minggu…dan kembali jatuh cinta. ^_^

[for 'd first time, i saw u looked at me in a different point..hee]

2011/10/06

Profesi "bunuh diri"


Ini minggu yang melelahkan, menguras bekal kesabaran hingga menipis ke dasar. Bukan hanya penjajahan mental, tapi juga fisik, jiwa dan raga dieksploitasi secara semena-mena. (Aku agak berlebihan menggambarkannya...^^)

Tapi...Aku tak pernah ragu menganggap Profesi ini sebagai Profesi "bunuh diri". Heee, bukan menyesali jalan hidup, hanya mengagumi kehebatan adaptasi yang tak pernah berhenti hingga masih dapat bertahan dan terdampar di salah satu alveolus ini.

Aku akan memperkenalkan diri, temanku....duniaku.
Haiii...Aku anak sekolah, janin baru di dunia Pulmonologis. Istilah awamnya, Aku calon Dokter Paru. Dua tahun lalu, tak pernah terpikir akan mengulangi dunia Coass yang penuh kerikil, terantuk, terjatuh, berdarah-darah. Tapi, pilihan hidup membawa tuk mengulanginya dalam nama yang berbeda..dunia "Residen Paru".

Aku ingin bercerita tentang siksaan selama 8 hari menjadi "Call Center". Itu semacam pusat penyampai informasi dan pemberi layanan bagi semua Warga Paru. Tugasnya menginformasikan, mengingatkan, mengkonfirmasi dan menerima keluhan. Mulai dari menginformasikan kegiatan ilmiah sampai yang tidak ilmiah seperti pertandingan futsal. Selain itu, semua keluhan tak boleh diabaikan, termasuk keluhan remah-remah seperti "kehabisan galon", ataupun di minta "mengantarkan sendok." Sebenarnya tak sulit kalau situasinya biasa, tapi saat semua orang meminta untuk dilayani dengan segera, belum lagi cara memintanya yang jauh dari bersahabat, belum lagi ada kewajiban pribadi seperti tugas yang harus diselesaikan tepat waktu, atau ada pasien gawat yang harus tetap ditangani, situasinya berubah horor. Tak ada tempat untuk lari, keluhan tak akan berguna,yang ada hanya "terimalah nasib mu".

Percaya padaku, hidup kami keras. Aku selalu membayangkan, pendidikan dokter itu seperti pendidikan militer. Kalau militer harus berlari keliling lapangan, kami mengelilingi bangsal, kalau mereka ada shift malam, kami pun terjaga di sisi pasien. Jangan lupa hierarki kekuasaan, hukum senior tak pernah salah, itu pun berlaku dalam dunia kami. Di beberapa Pendidikan Spesialis, sistem monarki masih mendominasi.

Tempat ku bersekolah sebenarnya telah mengalami banyak perubahan, sistem Monarki tak lagi mendominasi, kebebasan berpendapat telah mendapat ruang, walaupun sisa-sisa kediktatoran senior masih sedikit berserakan di sana sini. Walaupun kami masih mendapat senior yang mengumpulkan kami hanya untuk mengingatkan kalau "Junior Semester Awal" adalah "KESET", sambil menghentakkan kakinya seolah di sana benar-benar ada sebuah keset.
Dia..juga dulu "KESET" katanya. Dalam pikirku..."..aneh, jadi keset koq bangga!!"

Tapi...di luar itu, semuanya menyenangkan. Harus menyenangkan, kalau tidak...kami semua akan berakhir di "Bangsal Jiwa".Heeee...

Lain kali akan ku ceritakan ledakan adrenalin yang membuat kami bertahan, tawa lepas dan senyum manis yang membuat kami tetap menemui pasien tiap paginya.^_^

2011/09/29

"Para Pencinta"


Beberapa hari terakhir ini, Aku dikelilingi oleh para pencinta. Dia yang jatuh cinta pada teman kantornya, dia pada kenalan temannya, dia pada sepupu jauhnya, dia pada gurunya, dan Aku? Agak sulit menceritakannya, Aku pun pencinta, kemarin...Aku pada Presidenku. Hee..ini bukan hal baru, kita semua lakon dalam percintaan. Bercinta adalah naluri, sesuatu yang lebih agung, yang seharusnya mengantarkan kita pada-Nya.

Aku senang di kelilingi mereka, mendengar kisah yang mendebarkan tentang tatapan teduh, yang menelisik, menggoda, merayu hingga mencetuskan debar jantung yang mengalahkan jejak kuda di pacuan. Tentang kata-kata gombal bermuara rayu, sedikit norak tapi terasa kocak, menggelitik saraf tawa yang mengimpulskan senyum lebar sepanjang kisah dibacakan. Tentang genggaman yang menghangatkan hingga telapak kaki, melepaskan uap panas ke segala arah dan melelehkan beku malam.

Aku tak pernah berani menghakimi, apakah rasa itu benar atau tidak, rindu itu boleh atau tidak, hubungan itu berharga atau tidak. Pikirku, cinta itu pun sifat Ketuhanan, gradasi spiritual yang mewujud dalam jiwa manusia. Saat dia hadir, dia adalah sesuatu yang seharusnya ada di sana sesuai dengn hukum universal yang telah diciptakan Tuhan. Rasa terhukumi saat dia mencoba mewujud dalam tindakan, maka dia pun akan masuk dalam hukum logika dengan benar dan salahnya. Saat itulah kita mempertanyakan kebenaran reaksi dan aksi atas rasa, bukan kebenaran akan rasa. Saat itu pula, harapan akan muncul yang bila tak tertangani dengan baik akan menjelma kesedihan di ujung malam, dengan ujung bantal yang basah.

Cinta itu sesuatu yang menyenangkan, harusnya membahagiakan. Dia sesuatu yang mengikhlaskan, mengalir sendiri dalam ruangnya tanpa pamrih yang membelokkan ataupun menghentikannya. Itulah bentuk cinta yang kita dapatkan dari pencipta, yang kita teruskan ke sesama. Pikirku..harusnya seperti itu ;)

Maka...untuk "mereka"...bercintalah, Aku menunggu cerita ^^

2011/09/03

"Quit Hoping"


Kemarin, Aku mencarinya. Kutemukan dia di celah keramaian, antara sekian sosok yang menariknya ke segala arah, antara suara yang memanggilnya menoleh, antara pelukan yang menahannya, antara tepukan yang menyapanya. Pikuk itu menelanku, memastikan jarak tetap di sana.

Sayangnya, Aku menyukainya, seperti anak kecil yang selalu senang memegang permen. Menyimpannya hanya untukku dan menangisinya saat lenyap. Aku mematung, menggantung gundah, menantinya berpaling dan menarik tanganku. Hingga senja usai..tanpa memanggilnya, karena tak pernah ada nama untuknya, untukku, untuk kami..dia tak mencariku.

Tapi, ku rasa tak ada kebetulan yang membentuk cerita, semuanya berjejak dengan maksud. Untuk hadirku...pun masih kucari dengan payah. Dan rasa ini sepertinya tetap menetap tak titipkan harap hingga masa tunjukkan makna.
Jadi...jangan membiarkannya menghilang terlalu cepat. Bukankah selalu banyak ruang di hati kita untuk menyayangi...?^^

NB : heee..belum kumatikan capungnya, hanya diminumkan obat tidur...^^

2011/08/26

"penghuni mimpi"

pic from here

Aku selalu ingin menulis tentangnya...tentang penghuni baru mimpiku. Dia baru saja datang, menamai setiap kapling dengan namanya hingga tak ada ruang untukku memimpikan penghuni lain. Aku hanya berdiri di tepi, menatapnya tanpa keruh keberatan di wajahku. Aku terpukau hingga memaku dengan lidah kelu. Ku ucapkan maaf, pada suara-suara yang keberatan, bersahutan mengetuk sadarku. Biarkanlah..kali ini saja, kumohon. Aku tak mampu berpikir saat kepak sayap ribuan capung menggelitik dalam perutku, membuat ujung jemariku gelinjang tiada henti. Hanya untuk beberapa mimpi saja, dan ku izinkan kalian membunuh semua capung itu setelahnya...^^

"Pulaaaaaaaaaaanng!!!"

pic from here


Mudiiikkkk..akhirnya. Kalian tahu, klo Aku merencanakan ini sejak lama ? Aku dulu selalu iri pada teman kuliah yang sibuk mencari tiket untuk mudik, mencuri waktu libur lebih awal, membeli oleh-oleh. Haaaa...membayangkan serunya perjalanan pulang sudah cukup membuat palpitasi hebat dalam dadaku.
Seorang teman pagi ini bertanya padaku, mengapa Aku sekolah jauh ke Jakarta. Aku mengerutkan alis, seolah berpikir keras, bukan memikirkan jawabannya, tapi mempertimbangkan harus memberitahunya atau tidak. Saat ku katakan..."Aku ke sini, biar tau rasanya mudik mba.."..dia tertegun sekian detik sebelum tergelak seketika. Aku pun ikut tergelak...alasan simpel yang membuatku sangat mensyukuri kesempatan ini. Hakhahahha..I'm weird, that's me..
Ku katakan,berada jauh dari rumah menyadarkanku untuk menghargai tiap kebersamaan yang ada. Seperti keyakinan jika tak ada hal yang akan terulang dua kali dalam hidupmu dengan kesan yang sama, maka tiap pertemuan dan persimpangan harus di maknai secara dalam.
Jadi, ayolah kita mudik...kadang kebersamaan itu harus di usahakan^^...kapan lagi...ini moment-nya kan???

2011/08/05

"refrain"

5st puasa...
pic from here

Aku belajar menahan rindu, yang dengan menahannya membuatku belajar menahan ingatan, yang dengan menahan ingatannya membuatku belajar menahan tangis, yang dengan menahan tangisnya membuatku belajar "menahan diri"...

Miss my hum, and ...

2011/08/04

"Knot"

the pic from here

Selalu saja dia merangkulku dalam pikir, seolah tak ada ruang untuk sedikit bernapas, untukku yang tak cukup berani merangkulnya kembali. Ku rasa rangkulan itu pun tak pernah erat, mengikat kuat hatiku untuk tak bergeming. Aku hanya melekat saja, melilitkan tali yang tak pernah ku simpul. Sekali lagi, Aku tak cukup berani...
Simpul itu ku sisakan untuknya. Berharap dia menyelesaikannya suatu hari...hari yang Aku pun ragu akan pernah ada...^^..

2011/07/05

That's Dunkin' Donuts save my angriness??!!!


Eight a’clock in the morning..guess where I am..!! I’m here..at Dunkin Donut, Rawa Mangun, near from My Teaching Hospital, RS Persahabatan, the place where I should be, sitting in a room and attending the Morning Conference.

I hate this..really. I wasn’t late..I was there before seven past thirty, my appointment with my friends who got the radiology stase for this month, we didn’t have to join in a morning conference coz we had to go to RSCM hospital. We just needed the letter from the department secretary, so I went to the office..and nobody there, so I looked for my friends..where they were, but nobody hang up d phone. I couldn’t join the conference ‘coz I was just late, and I couldn’t walk around in a hospital too at that time. And suddenly, one of my friends sent me message that they joined the conference with all suck reason.

I really want to give you, my pic in this place with a scary face coz I feel so upset, uncomfortable, quite angry..Heee, tidak tahu seberapa penting Aku harus menyimpan semua kekesalan itu pagi ini. Hanya saja, ini tetap terasa mengganggu, so I can’t let it that feels go for a while. Kadang-kadang mnyenangkan juga, menikmati kekesalan..mengumpat dalam hati, meletakkan kesalahan itu pada objek di luar diri. Semacam upaya penyelamatan ego dari penyesalan sepanjang waktu. ^^

Do you think my angriness is appropriate??? YUPPPPPP....!!! I deserve, So..here I am, with a cup of tea + sandwich (some special breakfast from this place). Hope the tanin in my blood will relaxing my emotion and I can meet my friends with an unemotional face. Heee...

(I like this place...leave me alone with laptop, many novel, and my ponsel..that’s enough to give me a better time in my life)

2011/06/01

Residu...means never ever enough for me...!!!???

Residu, seperti ampas kopi yang selalu ada...Aku mendiagnosanya.

Menengok riwayat percintaan hasil anamnesis singkatku padaku dan beberapa orang dengan latar belakang yang cukup heterogen, Aku percaya diri untuk menyimpulkannya. Semacam rupa lain adiksi terhadap seseorang, mengekor pada tiap pertemuan secara kasat ataupun nyata. Sesuatu yang mencegahmu bergeming bahkan hingga lambaiannya tak lagi terlihat, atau sesuatu yang tetap memaku jarimu pada tombol dial usai percakapan panjang dengannya. Mungkin mirip gejala rasa tidak puas di akhir miksi (the sensation of incomplete evacuation of urine from the bladder) pada pasien dengan Hipertrofi Prostat. Seolah ada rangkaian fisiologis yang tak tuntas.

Aku memilih mengartikannya gejala sisa tiap akhir bercinta. Ampas kopi yang tak pernah tak tersisa di dasar gelas. Bukan lupa menyesapnya, mungkin memang tak perlu di sesap. Selalu akan ada di sana. Haa..ku pastikan hampir sering terjadi padaku, padanya..??? Akan ku tanyakan nanti..^^

Jangan salah sangka..bercinta tidak selalu bercerita tentang penetrasi, bercinta bagiku adalah tiap bahagia, tiap suka, tiap tawa yang hadir karenanya. Ritualnya mungkin sama, diawali dengan rangkaian foreplay yang mengantarkan rasa mencapai klimaks sebelum surut teratur dalam lelap. Hanya saja, untukku...selalu ada residu bahkan setelah lelapku pergi. Atau mungkin...rasa itu tak pernah ejakulasi sempurna, hingga residu selalu tertinggal di sana. Mungkin saja...(butuh pertapaan panjang untuk menyelaminya lagi)

Akhirnya, Aku memintanya memintaku menemaninya. Ku putuskan untuk menghantuinya seharian, berharap dapat melakukan terapi diagnostik untuk kelainan yang sayangnya menyenangkan untukku. Tapi..jangan hiraukan motifku. Rasa terlalu mahir mengacaukannya. Maka kulemparkan tanggung jawab padanya, pada rasa yang menumpulkan rasio dengan telak.

Pikirku, tak akan ada residu bila ku cukupkan rasanya, waktunya, semuanya. Maka ku cukupkan bersamanya seharian ini. Hingga di akhir waktu Aku masih melahap wajahnya dengan rakus, merekam detil-detil parasnya dengan jelas. Aku tak lagi menghiraukan kewajaran, Ku pandanginya lekat dengan mata bulat. Aku selalu takut tak bisa merangkai rupanya dengan tepat sebelum tertidur, terlalu takut akan melupakannya esok pagi.

"Kamu baik-baik saja?" tegurnya tiba-tiba.
Aku tersenyum, setengah mengangguk. Waktunya berpisah. Dia menyentuh wajahku dalam pelukku, mengecupnya ringan. Ku bekukan waktu sesaat untuk selku menyesapinya lebih dalam.
Harusnya cukup untukku kali ini. Ku lepas pelukku, pandanganku. Aku tak perlu menghabiskan sosoknya dengan tetap berdiri di sana. Aku berbalik pergi, mencegah jemariku untuk tidak menekan tombol dial. Selangkah...menjauh, selangkah lagi, selangkah dan selangkah..lagi selangkah dan Aku bahkan telah merindukannya, kembali berbalik tanpa enggan, menatapnya yang tertelan pikuk bandara.
Haaaa..haaa..haaa..tawaku lepas. Aku tak berhasil untuk menyembuhkannya, residu itu tetap di sana mengubur dirinya dalam dan menertawaiku tanpa malu.

So...seems like..it never ever enough for me, but at least I found the final diagnostic, that's...
..when the feeling is felt enough, that's mean the "end" of story..

Just keep enjoy that residual time if you have it too..it will be fun. You will miss it when that's enough, believe me.^^



2011/05/21

"Terima kasih...!!"

Tak terasa waktu menua, mengantar keremangan senja ke meja kami. Ampas kopi menyisa di dasar gelas, habis tersesap. Aku pun mengakhiri cerita basi yang lebih mengheningkan di banding meriuhkan suasana.

"Terima kasih.." ku sisipkan senyum tulus di akhir huruf. Dia memandangku dengan kerutan di antara kedua alisnya.

"Kamu tahu kalau terima kasih mu mulai membosankan?"

Aku ingin tertawa melihat rautnya yang mulai kesal, setidaknya wajahnya memberikan kerut berbeda selain kerutan kebosanan yang ditampakkannya sejak kami bertemu. Aku telah menyiksanya dengan cerita yang membuatnya menguap puluhan kali, mendesah dan menggerutu diantara isapan-isapan rokoknya. Aku tak ingin mencari tahu apa yang membuatnya tak beranjak meninggalkanku. Aku hanya tahu, tidak bisa tidak menyayanginya dan berterima kasih karena tetap bertahan di sana.

"Aku tahu," Ku yakinkan dengan menambahkan anggukan.

Bibirku memang terlalu banyak memproduksi kata itu, bukan hanya hari ini, tapi kemarin, kemarin, dan kemarinnya. Aku pun tak sanggup lagi mendengarnya. Hanya saja, Aku tak pernah yakin kata itu menginterpretasikan dengan tepat dirinya padanya. Dia mewakili banyak sekali rasa yang tumpah tercecer dalam diriku sejak mengenalnya.

Aku telah berpikir ribuan kali untuk mengganti kata itu. Ku pikir akan menggantinya dengan pelukan, tapi Aku tak yakin dapat menyudahi pelukan itu. Pelukanku pasti akan sangat erat dan selama umurku. Dia tak akan menyukainya. Dia harus pulang. Jadi Aku mencoret pelukan itu.

Atau Ku ganti dengan menciumnya saja, tapi pun Aku tak yakin dapat berhenti menciumnya. Bibirku akan memagut tiap sudut wajahnya, tiap raut dan kerutan yang mengisahkanku hingga umurku pun habis. Dia pasti tak akan menyukainya. Dia harus pulang. Jadi, Aku tak akan menciumnya.

Atau Ku coba menggantinya dengan sebuah genggaman. Yahh..Aku hanya akan menggenggam tangannya, tapi kembali Aku tak yakin dapat melepaskan genggaman itu. Aku akan menggenggam tangannya kuat. Menyelipkan jemariku dalam tautan yang saling mengisi. Ku biarkan jari-jari kami berbicara, mengisahkan terima kasihku untuk tiap rasa yang tak habis meski umurku usai. Dia juga tak akan menyukai ini. Dia harus pulang dan tak mungkin mengajakku. Maka Aku mengabaikannya.

“Aku pulang...” ujarnya sambil berdiri.

Aku memandangnya. Aku sangat ingin menahannya dengan pelukan, ciuman, genggaman...

"Jangan berterima kasih lagi," Aku menyengerit. Dia tertawa, dan berbalik pergi.

“Setidaknya, kata itu tetap membiarkanmu pulang,” ujarku lirih tersapu angin, mengelus punggungnya yang berlalu.

"Terima Kasih..!!"


2011/05/19

I'd really love to see you tonight

Pernah suatu malam, ingatan tentang seseorang begitu menggila, hingga mendesak rasa untuk menuntaskannya melalui saluran telpon atau beberapa pesan singkat, just wanted to make d' creature in myself felt satisfied so I could sleep without that disturbance. Dia serupa kenangan, kisah yang melekat di tiap sel. Tau kan..klo sel-sel kita memiliki ingatan yang sangat kuat? Mereka menyaksikan sejarah dan menyimpan ceritanya dengan rapi. Ingatan itu tertidur lelap, kadang menggeliat dan menyengat rasa, atau bahkan terbangun menyentakkan sadar.

Saat itu malam sudah sangat pekatnya menyelimuti lelapnya mimpi, dan Ku yakin tak ada alasan yang rasional mengapa harus mengganggunya. Kalian akan menertawaiku saat Ku katakan, "Aku hanya rindu saja." Dia pun akan menutup telponnya, mengira Aku gila.
Haaa..saat-saat seperti selalu sangat menyiksa, am I right?? Please tell me..I'm not d ' only one who have felt that.
Dan akhirnya... I found this song^^

I'd really love to see you tonight

Hello, yeah, it's been a while.
Not much, how 'bout you?
I'm not sure why I called,
I guess I really just wanted to talk to you.
And I was thinking maybe later on,
We could get together for a while.
It's been such a long time,
And I really do miss your smile.

I'm not talking 'bout moving in,
And I don't want to change your life.
But there's a warm wind blowing the stars around,
And I'd really love to see you tonight.

We could go walking through a windy park,
Or take a drive along the beach.
Or stay at home and watch t.v.
You see, it really doesn't matter much to me.

I'm not talking 'bout moving in,
And I don't want to change your life.
But there's a warm wind blowing the stars around,
And I'd really love to see you tonight.

I won't ask for promises,
So you don't have to lie.
We've both played that game before,
Say I love you, then say goodbye.

I'm not talking 'bout moving in,
And I don't want to change your life.
But there's a warm wind blowing the stars around,
And I'd really love to see you tonight.


Heeee..Ini hanya rindu, hanya ingin kita bersama menertawai kita kemarin. Could I send this song to u??^^

2011/05/10

"Silent Escape"


Seorang teman membagi sapaan hangat pagi ini, membuat ingatan tentangnya sekonyong berkelebat dan menggelitik senyumku.

Pernah dia mendatangiku, menegur wajahku yang katanya cukup mengganggu pandangannya. Jangan salah paham denganku, Aku tak pernah memberinya wajah dengan kerutan di dahi, mata yang nyalang melotot, gemeretuk gigi ataupun bibir yang mengkerut. Aku hanya menghadiahinya senyum tiap pandangan kami beradu. Sekali lagi jangan buruk sangka padaku, itu hanya senyum tanpa lirikan nakal yang menggoda (niat menggodanya saja tidak pernah ada). Ternyata Aku sangat mirip dengan wajah kekasihnya dulu, yang membuatnya tak bisa berhenti untuk menoleh ke arah ku. Kali itu Aku tak lagi tersenyum tapi terbahak. Dia pun bercerita, jika dia akan bolak balik membuka foto anaknya di ponsel tiap habis melihat wajahku. (heeee..Aku tak melakukan apapun, beneran). Kami akhirnya saling berbagi tawa, dia dengan senangnya menceritakan tentang keluarganya, dan binar itu tetap di sana dengan sparkling yang berbeda saat dia bercerita tentang perempuan yang mirip denganku, dan Aku tak dapat menahan senyumku saat dia menatap wajahku.^^

Sepertinya dalam hidup ini kita membutuhkan ruang untuk menghilang sejenak, tempat untuk kembali menikmati kesenangan tanpa aturan yang membelit, jeda untuk sedikit mengatur nafas sebelum kembali berlari dengan semua tuntutan hidup. Tanpa sadar kita membuat tempat pelarian dalam pikiran kita, bisa saja itu sebuah manifestasi keinginan-keinginan bawah sadar yang kita represi dengan sadar karena tidak sesuai dengan konsep sosial yang di anggap sebagai kebenaran secara umum. Entah bagaimana wujud ruang pelarian itu, tapi pada teman saya dan mungkin pada banyak orang di luar sana wujudnya melekat pada sebuah sosok yang kita tempatkan hati-hati dalam ingatan. Atau bukan sosoknya sebenarnya, tapi rasa yang mengikut bersamanya tiap ingatan itu kembali.

Mungkin yang akan merepotkan jika sosok itu mencoba mewujud secara nyata, padahal hadirnya dikarenakan tak ada ruang untuknya dalam dunia materi ini. Bukan tidak mungkin tapi akan butuh energi yang sangat banyak, dan yakin padaku..ruang pelarian itu akan menghilang bersamaan dengannya.

Apakah teman saya melakukan sesuatu yang salah?? Kalau ditanyakan padaku, Ku katakan bukan ruangnya untuk menghukumi benar atau salah. Ini tak pernah mengartikan, jika teman saya tidak mencintai keluarganya. Ruang pelarian yang diciptakannya hanya ruang yang hanya sesekali di tengoknya, sekedar untuk me-refresh dan menjaga kewarasan agar hidup tetap terasa hidup. Bukankah substansi mencinta akan selalu sama, wujudnya saja yang berbeda, dan harusnya tak ada rumusan perbandingan dalam mencinta, karena tiap cinta pasti memiliki maqam nya sendiri. Just let it ur self to enjoy every luv in ur life.

So..may better if u just keep ur silent escape..seems like we need it in our live, if u have more energy and no doubtfull 'bout that..pls make it real and don't forget to share ur story with me..^^