2011/05/10

"Silent Escape"


Seorang teman membagi sapaan hangat pagi ini, membuat ingatan tentangnya sekonyong berkelebat dan menggelitik senyumku.

Pernah dia mendatangiku, menegur wajahku yang katanya cukup mengganggu pandangannya. Jangan salah paham denganku, Aku tak pernah memberinya wajah dengan kerutan di dahi, mata yang nyalang melotot, gemeretuk gigi ataupun bibir yang mengkerut. Aku hanya menghadiahinya senyum tiap pandangan kami beradu. Sekali lagi jangan buruk sangka padaku, itu hanya senyum tanpa lirikan nakal yang menggoda (niat menggodanya saja tidak pernah ada). Ternyata Aku sangat mirip dengan wajah kekasihnya dulu, yang membuatnya tak bisa berhenti untuk menoleh ke arah ku. Kali itu Aku tak lagi tersenyum tapi terbahak. Dia pun bercerita, jika dia akan bolak balik membuka foto anaknya di ponsel tiap habis melihat wajahku. (heeee..Aku tak melakukan apapun, beneran). Kami akhirnya saling berbagi tawa, dia dengan senangnya menceritakan tentang keluarganya, dan binar itu tetap di sana dengan sparkling yang berbeda saat dia bercerita tentang perempuan yang mirip denganku, dan Aku tak dapat menahan senyumku saat dia menatap wajahku.^^

Sepertinya dalam hidup ini kita membutuhkan ruang untuk menghilang sejenak, tempat untuk kembali menikmati kesenangan tanpa aturan yang membelit, jeda untuk sedikit mengatur nafas sebelum kembali berlari dengan semua tuntutan hidup. Tanpa sadar kita membuat tempat pelarian dalam pikiran kita, bisa saja itu sebuah manifestasi keinginan-keinginan bawah sadar yang kita represi dengan sadar karena tidak sesuai dengan konsep sosial yang di anggap sebagai kebenaran secara umum. Entah bagaimana wujud ruang pelarian itu, tapi pada teman saya dan mungkin pada banyak orang di luar sana wujudnya melekat pada sebuah sosok yang kita tempatkan hati-hati dalam ingatan. Atau bukan sosoknya sebenarnya, tapi rasa yang mengikut bersamanya tiap ingatan itu kembali.

Mungkin yang akan merepotkan jika sosok itu mencoba mewujud secara nyata, padahal hadirnya dikarenakan tak ada ruang untuknya dalam dunia materi ini. Bukan tidak mungkin tapi akan butuh energi yang sangat banyak, dan yakin padaku..ruang pelarian itu akan menghilang bersamaan dengannya.

Apakah teman saya melakukan sesuatu yang salah?? Kalau ditanyakan padaku, Ku katakan bukan ruangnya untuk menghukumi benar atau salah. Ini tak pernah mengartikan, jika teman saya tidak mencintai keluarganya. Ruang pelarian yang diciptakannya hanya ruang yang hanya sesekali di tengoknya, sekedar untuk me-refresh dan menjaga kewarasan agar hidup tetap terasa hidup. Bukankah substansi mencinta akan selalu sama, wujudnya saja yang berbeda, dan harusnya tak ada rumusan perbandingan dalam mencinta, karena tiap cinta pasti memiliki maqam nya sendiri. Just let it ur self to enjoy every luv in ur life.

So..may better if u just keep ur silent escape..seems like we need it in our live, if u have more energy and no doubtfull 'bout that..pls make it real and don't forget to share ur story with me..^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar