2017/02/21

"Silly Little Things" #1

Ku pikir memiliki kekasih akan menyenangkan setiap orang. Setidaknya membungkam mereka yang selalu bertanya "mana calonnya?"disertai pandangan iba. Ternyata hidup tak semulus dan selancar jalan tol. Kali ini pandangan mereka berganti geram. Hehehehe

Kuceritakan sesuatu. Tuhan mengantarkan seseorang padaku, Aku menganggapnya begitu karena dia datang begitu saja tanpa petir atau hujan. Kedatangannya di hari yang sama dengan kemarin dan kemarin. Aku bukan orang yang mudah membuka hati, aku bahkan lupa dimana kuncinya seolah hati memiliki kehendaknya sendiri. Ini yang kusebut "kehendak Tuhan". Jika Aku memiliki kendali, akan ku buka untuk mereka yang datang sebelumnya. Makanya tiap kali menyukai seseorang...kegirangan ku melompat tinggi berikut rasa syukur karena jatuh cinta itu sangat menyenangkan, rasa takutnya pun hal yang tak kalah mendebarkan. "Jatuh cinta" menjadi hadiah dan cobaan bagiku. Kali itu..hatiku tak menolak dirinya, walaupun tidak berloncat kegirangan juga.

Aku bukan orang yang mendapatkan sesuatu dengan mudah, bahkan untuk hal-hal kecil dalam hidup seperti urusan sekolah, kerjaan, cinta. Makanya saat Tuhan mempertemukan dengan seseorang begitu saja, lalu semuanya berjalan dengan baik begitu saja, rasanya ada yang terlupa. Benar saja, hanya butuh sebulan untuk Tuhan membuktikan cintaNya. Dia menitipkan banyak kerikil di jalan, memaksaku untuk berhenti dan memungutinya satu-satu. Mungkin sebelumnya ada hujan kerikil atau Tuhan menyuruh Malaikat menumpahkan sejuta ember kerikil.

Dia yang datang padaku, memberi banyak kebaikan tapi juga membawa banyak masa lalu. Kupikir cukup hanya diriku yang tahu, pemakluman dan segala kekuatiran. Ternyata bukan hanya aku, kisahnya melibatkan orang banyak, meninggalkan kesan buruk di mana-mana. Banyak yang menggugatku, menyesalkan, menkuatirkan, menggunjingkan. Aku tak tahu seberapa kuat hatiku mampu mengabaikan, atau seberapa lebar senyumku mampu mendengar tudingan...yang pasti ini menyesakkan.

Aku tak bisa marah karena yang dikatakan mereka benar adanya, tak bisa geram, sedih pun tak ada yang peduli mungkin. Aku hanya bisa diam, tersenyum..sedikit tertawa tapi miris dalam hati. Membela diri pasti akan menyakitinya dan membelanya pasti akan membuat mereka semakin geram. Sedang diriku? Siapa yang akan membelaku, setidaknya menepuk bahuku dan mengatakan semua tidak seburuk yang terlihat. 

Aku mengerti sepenuh hati dan jiwa betapa mereka yang menegur, menggugat bahkan mencibir sangat menyayangiku. Mereka memiliki ekspektasi untuk hidupku. Mereka melekatkan konsep ideal padaku dari citra yang membentukku selama ini. Aku harus menjaga konsep ideal itu tidak hancur dan menghancurkan mereka yang bercermin padaku. Tapi..ada dirinya yang juga menyayangiku, Kata Ibu, selain terhadap mereka...Aku pun memiliki tanggung jawab terhadap hidupnya. Siapa yang memberiku semua tanggung jawab itu?? 

Saat ini Aku memikirkan keputusan yang adil untuknya, untuk orang tuaku, untuk mereka dan untukku. Keputusanku berganti setiap waktu. Saat keberanianku muncul..Aku memihaknya, saat ketakutan menghampiri..Aku meninggalkannya. Tapi...apapun keputusanku, tak ada yang menjamin hidupku akan bahagia kan?? *sigh

Note : Maafkaan galau iniiiii..:(



2017/02/05

New Year's Gift



Haiii...Happy New Year '17
Awal tahun dan Tuhan telah memberi banyak kebaikan padaku seperti biasa dan salah satunya adalah "dia".  Aku akan bercerita tentang nya, tentang semesta yang merapal mantra cinta dan tentang rasa yang memeluk kami berdua.

"Dia"...seperti dijatuhkan Tuhan dari langit. Datang begitu saja tanpa satu pikir menyapa sebelumnya. Aku mencari jejak kakinya saat menoleh ke belakang. Mungkin ada jejak saat  jalan kami bersilangan atau tatap yang pernah beradu penuh makna, agar Aku dapat sedikit memahami "dia" yang tiba-tiba menghujani ku rasa. 
Hari itu, Aku duduk menunggunya tanpa rasa yang menggangu. Aku yang biasanya berpikir banyak, saat itu  memutuskan untuk tak menkuatirkan apapun. Aku bahkan tak memiliki alasan cukup untuk mengiyakan pertemuan. Mungkin semesta yang menyeretku, entahlah.
Dia datang dengan semua kegugupan dan keberanian yang seolah di tumpuk dalam dirinya. Senyum yang mengembang menutupi ragu, takut, rasa tak percaya, juga bahagia...mungkin. Aku tak merasakan apa-apa. Aku hanya senang karena mendapat cerita baru diantara rutinitas hidup awal tahun ini.

...dan di sinilah Aku akhirnya berada. Hampir 3 minggu berusaha menjaga komitmen di antara keraguan orang tuaku, teman yang laiknya saudara, bahkan logika ku sendiri. Yupp..ragu ku setumpuk langit, tapi Aku tetap ingin menjalaninya. Bukankah hidup adalah proses jatuh bangun. Kita terjatuh dan belajar sesuatu, kemudian bangkit dan belajar yang lain, lalu kembali jatuh dan kembali bangun, kembali belajar dan memahami makna. Aku mungkin belum memiliki rasa dan rindu sebesar dirinya, tapi Aku yakin akan ikut merasakannya, suatu saat. Setidaknya ini adalah pilihan sadar, saat sesuatu tidak berjalan baik..Aku hanya akan menyalahkan diri sendiri, bukan dia, teman, orang tua bahkan Tuhan.

Hei kamu..yang datang di hidupku, mari menjalani hidup dengan baik dan belajar bahagia agar dapat membagi bahagia dengan lainnya. Terima kasiiiih.