2011/09/29

"Para Pencinta"


Beberapa hari terakhir ini, Aku dikelilingi oleh para pencinta. Dia yang jatuh cinta pada teman kantornya, dia pada kenalan temannya, dia pada sepupu jauhnya, dia pada gurunya, dan Aku? Agak sulit menceritakannya, Aku pun pencinta, kemarin...Aku pada Presidenku. Hee..ini bukan hal baru, kita semua lakon dalam percintaan. Bercinta adalah naluri, sesuatu yang lebih agung, yang seharusnya mengantarkan kita pada-Nya.

Aku senang di kelilingi mereka, mendengar kisah yang mendebarkan tentang tatapan teduh, yang menelisik, menggoda, merayu hingga mencetuskan debar jantung yang mengalahkan jejak kuda di pacuan. Tentang kata-kata gombal bermuara rayu, sedikit norak tapi terasa kocak, menggelitik saraf tawa yang mengimpulskan senyum lebar sepanjang kisah dibacakan. Tentang genggaman yang menghangatkan hingga telapak kaki, melepaskan uap panas ke segala arah dan melelehkan beku malam.

Aku tak pernah berani menghakimi, apakah rasa itu benar atau tidak, rindu itu boleh atau tidak, hubungan itu berharga atau tidak. Pikirku, cinta itu pun sifat Ketuhanan, gradasi spiritual yang mewujud dalam jiwa manusia. Saat dia hadir, dia adalah sesuatu yang seharusnya ada di sana sesuai dengn hukum universal yang telah diciptakan Tuhan. Rasa terhukumi saat dia mencoba mewujud dalam tindakan, maka dia pun akan masuk dalam hukum logika dengan benar dan salahnya. Saat itulah kita mempertanyakan kebenaran reaksi dan aksi atas rasa, bukan kebenaran akan rasa. Saat itu pula, harapan akan muncul yang bila tak tertangani dengan baik akan menjelma kesedihan di ujung malam, dengan ujung bantal yang basah.

Cinta itu sesuatu yang menyenangkan, harusnya membahagiakan. Dia sesuatu yang mengikhlaskan, mengalir sendiri dalam ruangnya tanpa pamrih yang membelokkan ataupun menghentikannya. Itulah bentuk cinta yang kita dapatkan dari pencipta, yang kita teruskan ke sesama. Pikirku..harusnya seperti itu ;)

Maka...untuk "mereka"...bercintalah, Aku menunggu cerita ^^

2011/09/03

"Quit Hoping"


Kemarin, Aku mencarinya. Kutemukan dia di celah keramaian, antara sekian sosok yang menariknya ke segala arah, antara suara yang memanggilnya menoleh, antara pelukan yang menahannya, antara tepukan yang menyapanya. Pikuk itu menelanku, memastikan jarak tetap di sana.

Sayangnya, Aku menyukainya, seperti anak kecil yang selalu senang memegang permen. Menyimpannya hanya untukku dan menangisinya saat lenyap. Aku mematung, menggantung gundah, menantinya berpaling dan menarik tanganku. Hingga senja usai..tanpa memanggilnya, karena tak pernah ada nama untuknya, untukku, untuk kami..dia tak mencariku.

Tapi, ku rasa tak ada kebetulan yang membentuk cerita, semuanya berjejak dengan maksud. Untuk hadirku...pun masih kucari dengan payah. Dan rasa ini sepertinya tetap menetap tak titipkan harap hingga masa tunjukkan makna.
Jadi...jangan membiarkannya menghilang terlalu cepat. Bukankah selalu banyak ruang di hati kita untuk menyayangi...?^^

NB : heee..belum kumatikan capungnya, hanya diminumkan obat tidur...^^