2013/06/24

"Call me...!!"

Magic | via Tumblr
pic
Setelah 32 jam terjaga bersama telepon, akhirnya bisa pulang ke kost an...

Sebulan terakhir saya memiliki kerjaan sampingan, semacam hal menunggui telpon, menjawab dan memberikan informasi. Sejenis "call centre" yang biasa kalian hubungi. kami biasanya membantu orang-orang yang mencari ruangan perawatan atau info tentang rumah sakit di Jakarta. Tidak begitu sulit sebenarnya, memasang intonasi seperti robot dan menyanyikan mantra, "Selamat siang, di sini Call centre Dinkes DKI..... dengan saya...., ada yang kami bisa bantu?". Saya akan mengulang mantra ini puluhan tiap harinya, hingga saya berpikir akan membuat rekaman saja dan memutarnya tiap kali menerima telepon. 

Tapi, diantara ribuan telepon yang masuk tiap harinya, 80 % diantaranya adalah telepon iseng. Saya pun baru tahu kalau di dunia ini ada profesi "Penelpon Iseng". Mereka beroperasi tak kenal jam, menelpon hanya untuk tertawa, menyanyi, marah-marah, meminta pulsa, menanyakan ini itu, mengajak kenalan. Mulai dari menerima telepon mereka dengan manis, meladeni seperlunya, mengancam akan melaporkan ke polisi, hingga mengangkatnya tanpa menyapa dan langsung memutus telepon tanpa membiarkan mereka bicara. Hehehee...maaf, tapi mereka kadang benar-benar menguras kesabaran.

Ini pekerjaan yang menarik menurutku, menyenangkan tapi mungkin aneh untuk teman-teman residenku. Saat saya jingkrak-jingkrak menceritakannya, mereka hanya melengos, tersenyum simpul, mengerutkan dahi, memicingkan mata. Mereka sepertinya menganggapku aneh. Yahhh..gajinya sih tidak seberapa, jauh malah dari seberapa yang mungkin saya terima  jika  mengambil jaga yang sebenarnya di klinik. Tapi ini bukan tentang duit (walaupun saya juga tak punya duit banyak heeee). Hidup itu tidak hanya dunia kita, ada banyak dunia, banyak pekerjaan, banyak manusia lain di luar sana. Ini seperti mencicipi makanan baru, membuat jejak, menulis bab tambahan...racikan bumbu hidup biar rasanya lebih ramai dan spicy seperti masakan padang. 

Berjalan hanya di satu jalur tidak pernah salah, tapi jangan lupa untuk menengok pemandangan di sekitar, kios di kiri-kanan, bangunan sepanjang jalan, ataupun membalas lambaian dari pejalan kaki di jalur sebelah. Setidaknya...kita akan punya stok cerita pengantar tidur yang banyak untuk anak-anak kita. :))


*Oh yaaa...pekerjaan penerjemah novel atau komik sepertinya seru, atau pengisi suara. Jika ada yang menawari dan mau mengajari caranya, saya bersedia, hehehhe

2013/06/12

Si Adek...Fighting!!

fiction | via Tumblr
Buat si Adek nih...
Si adek lagi galau. Kontrak kerjanya ternyata tidak diperpanjang lagi tahun ini. Ikut sedih karena Si adek berarti harus balik kampung, saya akan puasa sendiri, saya kehilangan teman nonton, saya sendiri lagi di Jakarta dan saya kehilangan salah satu sumber dana. (Upss..yg terakhir ini, off d' record sja!!!). 

Sebenarnya si adek sudah lama ingin berhenti, katanya ingin dapat pekerjaan yang lebih menantang. Belum lagi ada sedikit masalah dengan bos nya. Kami berspekulasi, ini penyebab kontraknya tidak diperpanjang. 

Jadi si adek masih training di satu perusahaan, dan di tempatkan di kantor cabang untuk pelatihan. Kepala kantor cabangnya ternyata orang yang berpikiran picik, tak ingin menerima kritikan dan masukan, dan menutup semua akses informasi. Kami berdua tertawa bila membahas bosnya tersebut, bagaimana bisa seseorang yang lebih tua, dengan pengalaman kerja yang banyak tapi tidak punya sifat mengayomi dan pikiran terbuka. 
Tapi kami memutuskan tidak berburuk sangka. Mungkin saja Tuhan ingin memberikan pekerjaan yang lebih baik, atau si adek harus kembali untuk menemani orang tua. Si adek anak bungsu, jadi selalu ingat rumah dan diingat orang rumah. (hehehe..agak manja nih si adek..)
Si adek.....hikss, dah mau pergi :(

Si adek yang mengaku murid Ust, Yusuf  Mansyur menghadapi masalahnya dengan tenang. Berusaha tetap percaya kalau semua akan baik saja. Si adek sepertinya jadi semakin dewasa. ( Hakhahahhaha..peluk si adek :))

Mudah-mudahan si adek dapat pekerjaan yang lebih keren. Fightiiiinngggg !!!

NB : kata si adek kaki nyamuk saya bagus, hakhahhahaha :)

2013/06/10

"HBDI 2013"

Bersama adik kelas dr. Ardiansyah
Lihat PIN di baju saya, isinya pesan2 kesehatan 
Kemarin....tgl 20 Mei, Ikatan Dokter Indonesia (IDI)  mengadakan rangkaian Hari Bakti Dokter Indonesia. Acaranya dilakukan di berbagai tempat, dimulai dari penanaman seribu pohon, aksi di bundaran HI dengan membagikan pesan-pesan kesehatan yang dikemas dalam bentuk PIN, dan puncak acara adalah Dialog Kebangsaan di Gedung Stovia Jakarta.

Saya hanya mengikuti acara mereka di Bundaran HI, maklum anak sekolah susah kabur. Hehehe...

Bersama dr. Marsaban, dan I'ah...fokusnya ma benderanya yak :)                                   
Ini mungkin hanya hal yang bersifat insidentil yang dilakukan oleh para dokter atau teman sejawat saya. Tapi,  saya duga ini cukup untuk menunjukkan eksistensi dan mungkin sebagai perenungan akan kondisi bangsa dan langkah selanjutnya. Hal kecil tidak selalu berarti maknanya pun kecil kan? heeehehe


*Maap, Laptop saya lemotnya bukan main, jadi saya hanya mengunggah dua foto, yang ada diri saya hehehhehe

"..Yakin Masih Ingin Jadi Dokter??"

Foto_12217_f34fe44341251a2208e4952e0f0e5462_jpg_large
My fav doctor's profile

Selalu ada saat saya benar-benar tidak ingin menjadi dokter. Saat harus menangisi seorang pasien, saat sistem pendidikannya terasa tak adil, saat senior begitu menjengkelkan, dan saat harus menghadapi ujian. Ini semua selalu membuat saya ingin melompat dari jendela. (Hanya memikirkannya saja…hehehe). 

Saya sering mengatakan kalau punya anak nanti,  mereka tidak akan pernah saya sarankan untuk menjadi dokter. Ini profesi yang terlalu berat jika dijalani dengan benar, atau dipikirkan dengan seksama. Bukan sekedar memakai jas putih, menenteng stetoskop, berkoar-koar menasehati pasien, menulis resep. Filosofi dibaliknya lebih dalam sebenarnya dibandingkan hal-hal teknis tersebut.

Kemarin saya mendapat shift jaga di rumah sakit, ini salah satu bagian dari pendidikan dan pengabdian tentunya. Salah satu pasien yang saya terima tiba-tiba memburuk di malam hari. Tak ada satu pun keluarga yang menjaga saat itu. Kondisinya sebenarnya sudah membaik saat saya pertukaran jaga. Saya sudah menangani kegawat daruratannya saat itu berdasarkan gejala yang saya temukan dan pengetahuan saya.  Hanya saja sampai saat saya off, saya masih belum dapat menemukan alasan mengapa kondisinya tiba-tiba memburuk. Kita semua tahu, segala hal yang terjadi di tubuh kita, adalah rangkaian reaksi yang saling terhubung, dan mengetahuinya membuat kita dapat memahami sebuah gejala dan menemukan cara mengatasinya. Tim jaga saya yang lain pun tak dapat memberikan jawaban. Mungkin karena kami masih membutuhkan bukti-bukti yang lain, seperti hasil lab dan sebagainya, atau ada hal yang luput dari perhatian kami. Disinilah doa bekerja. 

Sehari kemudian, saya baru tahu kalau pasien tersebut meninggal. Kondisinya sempat membaik, dan tim jaga setelah saya sudah menemukan penyebab sebenarnya, penanganan yang seharusnya pun sudah dilakukan. Tapi, kembali lagi kalau ajal adalah takdir yang sudah ditetapkan. Pasiennya mengalami aspirasi makanan, saat itu kemungkinan makanan yang dia makan masuk ke dalam saluran pernapasan, menyumbat di sana dan dengan segera membuatnya tak bisa bernapas. Hal ini memang dapat mematikan dalam sekejap.

Saya menjadi marah pada keluarga yang memberinya makanan, marah pada pasiennya yang merokok 10 bungkus/hari, marah pada tim jaga saya, marah pada diri saya sendiri, marah pada pengetahuan dan pengalaman saya yang sepertinya belum cukup untuk menyelamatkannya, dan seandainya dibolehkan, saya pun akan marah pada Tuhan yang tidak memberi petunjuknya saat itu, yang tidak menjaga pasiennya. Ini hal yang sanagt bodoh sebenarnya, tapi saya benar-benar marah dan depresi untuk beberapa hari.

Large
He said.."everybody lies"
Saya ingin mengatakan pada masyarakat, jangan menganggap kami terlalu berlebihan, kami pun hanya manusia biasa. Dokter adalah sebuah profesi. Kami hanyalah perpanjangan tangan dari Pencipta. Bekerja samalah dengan menjaga hidup kalian dengan lebih baik dan banyaklah berdoa. 
Saya meyakini sesuatu, jika seorang dokter benar-benar memahami profesinya, dan tidak memiliki mental yang kuat, maka dia pasti akan menjadi gila. Saya sepertinya….sedang menuju ke sana. Heeee

*Saya minta maaf dan berdoa untukmu…L



2013/06/02

"Cerita di Bis Kota"

Large
pic
Saya tidak menguping tapi mereka yang bercerita dengan suara keras. Dua perempuan di bis, mereka duduk  tepat di belakang saya. Dari pakaian dan cara bertutur, saya menebak mereka ibu muda, pekerjaan mengurus rumah, pendidikan mungkin SMA. Perjalanan biasanya 45 menit sampai 1 jam, dan untungnya saat saya harus turun, cerita mereka pun telah mendekati akhir. Bayangkan, mereka tak pernah diam, berceloteh seperti anak ayam, tak peduli dengan penumpang lain, suara pengamen ataupun penjaja makanan. Perempuan yang satu sepertinya memiliki masalah di rumah, suaminya dicurigai selingkuh. Dia meradang, menyangsikan penyangkalan suaminya, tapi  bersedia memaafkan dengan alasan tiga anak mereka, masih sayang, dan tak ada bukti nyata tentang perselingkuhan itu. Perempuan temannya menjadi pendengar yang baik, dan sesekali menimpali. Mereka lalu menyimpulkan kalau istri harus selalu waspada, karena suami bisa berselingkuh setiap saat. Heee...

Sepanjang jalan, saya tidak bisa menahan senyum. Bukan menertawai ceritanya atau tingkah mereka, saya hanya menikmati fenomena, keadaan atau apalah namanya. Hal kecil yang ada di tengah rutinitas. Jika kalian perhatikan, penumpang di angkutan umum adalah individu yang sibuk dengan dunianya, pikirannya. Mereka menggunakan earphone untuk menutup pintu yang menghubungkan mereka dengan dunia. Mungkin karena mereka tak saling mengenal, dan semua orang terlalu letih untuk bersusah mencari kenalan. Tapi bukankah kita semua dapat berkenalan melalui mata, berkomunikasi dengan senyum. Setidaknya, perjalanan akan sedikit lebih hidup.

Saya jadi senang mengamati, mendengar mereka yang mengobrol. Sekali lagi, saya tidak menguping. Ini seperti mendengar sandiwara di radio. Saat saya di sebuah mikrolet, tiga anak SD ikut menjadi penumpang, Dua perempuan, satu laki. Mereka mungkin kelas 2 atau 3 SD. Bayangkan keriuhan anak kecil. Mereka berdebat tentang tempat ngaji siapa yang paling murah, belajar bersama di rumah siapa, siapa yang pintar berhitung. Ada satu waktu, mereka tiba-tiba diam, kemudian saling berbisik bertiga. Karena mereka duduk berhadapan, mereka saling mencondongkan badan ke depan, seolah merundingkan sesuatu dan kembali ke posisi semula sambil curi-curi melirik ke anak perempuan dalam angkutan yang memakai seragam SMA. Mereka melakukannya dengan terang-terangan dan tawa saya hampir meledak. Anak SMA itu hanya bisa merengut lalu membuang muka ke arah jendela.  Saya tak mendengar apa yang mereka rundingkan. Saya menebak, mereka mungkin mengenali asal SMA perempuan itu, dan mengungkapkannya dengan cara yang sangat polos. Hahahahaha..
Large
pic
Ada banyak hal yang menarik di sekitar kita jika kita membuka mata lebih lebar. Hal-hal kecil dapat menjadi hiburan sederhana dan membuat hidup lebih terasa. Seperti terhubung dengan dunia...so leave your earphone for a while and hear the song of life .


*..di kamar dgn tumpukan jurnal yg belum di baca :(