2011/10/06

Profesi "bunuh diri"


Ini minggu yang melelahkan, menguras bekal kesabaran hingga menipis ke dasar. Bukan hanya penjajahan mental, tapi juga fisik, jiwa dan raga dieksploitasi secara semena-mena. (Aku agak berlebihan menggambarkannya...^^)

Tapi...Aku tak pernah ragu menganggap Profesi ini sebagai Profesi "bunuh diri". Heee, bukan menyesali jalan hidup, hanya mengagumi kehebatan adaptasi yang tak pernah berhenti hingga masih dapat bertahan dan terdampar di salah satu alveolus ini.

Aku akan memperkenalkan diri, temanku....duniaku.
Haiii...Aku anak sekolah, janin baru di dunia Pulmonologis. Istilah awamnya, Aku calon Dokter Paru. Dua tahun lalu, tak pernah terpikir akan mengulangi dunia Coass yang penuh kerikil, terantuk, terjatuh, berdarah-darah. Tapi, pilihan hidup membawa tuk mengulanginya dalam nama yang berbeda..dunia "Residen Paru".

Aku ingin bercerita tentang siksaan selama 8 hari menjadi "Call Center". Itu semacam pusat penyampai informasi dan pemberi layanan bagi semua Warga Paru. Tugasnya menginformasikan, mengingatkan, mengkonfirmasi dan menerima keluhan. Mulai dari menginformasikan kegiatan ilmiah sampai yang tidak ilmiah seperti pertandingan futsal. Selain itu, semua keluhan tak boleh diabaikan, termasuk keluhan remah-remah seperti "kehabisan galon", ataupun di minta "mengantarkan sendok." Sebenarnya tak sulit kalau situasinya biasa, tapi saat semua orang meminta untuk dilayani dengan segera, belum lagi cara memintanya yang jauh dari bersahabat, belum lagi ada kewajiban pribadi seperti tugas yang harus diselesaikan tepat waktu, atau ada pasien gawat yang harus tetap ditangani, situasinya berubah horor. Tak ada tempat untuk lari, keluhan tak akan berguna,yang ada hanya "terimalah nasib mu".

Percaya padaku, hidup kami keras. Aku selalu membayangkan, pendidikan dokter itu seperti pendidikan militer. Kalau militer harus berlari keliling lapangan, kami mengelilingi bangsal, kalau mereka ada shift malam, kami pun terjaga di sisi pasien. Jangan lupa hierarki kekuasaan, hukum senior tak pernah salah, itu pun berlaku dalam dunia kami. Di beberapa Pendidikan Spesialis, sistem monarki masih mendominasi.

Tempat ku bersekolah sebenarnya telah mengalami banyak perubahan, sistem Monarki tak lagi mendominasi, kebebasan berpendapat telah mendapat ruang, walaupun sisa-sisa kediktatoran senior masih sedikit berserakan di sana sini. Walaupun kami masih mendapat senior yang mengumpulkan kami hanya untuk mengingatkan kalau "Junior Semester Awal" adalah "KESET", sambil menghentakkan kakinya seolah di sana benar-benar ada sebuah keset.
Dia..juga dulu "KESET" katanya. Dalam pikirku..."..aneh, jadi keset koq bangga!!"

Tapi...di luar itu, semuanya menyenangkan. Harus menyenangkan, kalau tidak...kami semua akan berakhir di "Bangsal Jiwa".Heeee...

Lain kali akan ku ceritakan ledakan adrenalin yang membuat kami bertahan, tawa lepas dan senyum manis yang membuat kami tetap menemui pasien tiap paginya.^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar