Aku tak pernah lupa cara dia mengusap kepalaku, mengacak rambutku yang berantakan. Biasanya Aku akan merengut kecut tapi jika lihai, orang dapat melihat tarikan halus di ujung bibirku yang menyembunyikan bahagia. Dia selalu menyerap semua kata yang kumiliki, hingga berhadapan dengannya Aku menjelma gagu dan hanya bisa menatap, padahal Aku bisa bercerita sepanjang hari, dengan tubuh yang ikut bergerak seiring ocehanku yang tak henti.
Kalian tahu, Aku selalu ingin terlihat sempurna dari ketidaksempurnaan yang kuperlihatkan padanya. Meyakinkan diri jika rasaku yang meluap adalah imbas dari rasanya yang memelukku tiap saat. Kami saling menyukai, bahkan penjual gorengan di ujung lapangan kampus pun dapat melihat binar dalam tatapan kami. Dulu.
Saat ini, seketika Aku kembali gagu, saat seseorang mengusap dan mengacak rambutku. Ingatan tentangnya menarikku paksa ke masa lalu, hadirkan rasa yang absurd tapi tak dapat kuhindari. Kami tak lagi berjalan seiring, sejak lama. Saat Aku seolah meninggalkannya, dan dia meninggalkanku pasti. Yupp, dia benar-benar pergi, memutuskan menikah, tak berbalik untuk melihatku tetap berdiri di tempat ini. Aku selalu merasa berlari, setidaknya mencoba berpaling, tapi saat melihat sekeliling ternyata Aku tak juga bergerak. Rasa ini tak mengasihaniku. Aku sangat ingin beranjak, sungguh. Tidakkah Aku seperti hantu gentayangan yang beterbangan antara langit dan bumi?
Harusnya Aku berusaha kembali, meminjam raga untuk menuntaskan yang tersisa. Mungkin benar jika mencarinya, menyelesaikan kisah kami, merangkai kata penutup dan ucapan terima kasih yang melegakan. Sebuah pengakuan, jawaban, pengesahan untuk cinta yang kuyakini untukku. Bahkan jika dia mengatakan tak mencintaiku, setidaknya tak ada lagi tanya, sisa-sisa harapan itu dapat menguap sempurna, dan Aku dapat membangun mimpi yang baru.
Kalian...berdoalah untukku!!
*terinspirasi dari kisah seorang teman. Don't u think, u have to move on???!!! (pukul jidat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar