pic |
Saya tidak menguping tapi mereka yang bercerita dengan suara keras. Dua perempuan di bis, mereka duduk tepat di belakang saya. Dari pakaian dan cara bertutur, saya menebak mereka ibu muda, pekerjaan mengurus rumah, pendidikan mungkin SMA. Perjalanan biasanya 45 menit sampai 1 jam, dan untungnya saat saya harus turun, cerita mereka pun telah mendekati akhir. Bayangkan, mereka tak pernah diam, berceloteh seperti anak ayam, tak peduli dengan penumpang lain, suara pengamen ataupun penjaja makanan. Perempuan yang satu sepertinya memiliki masalah di rumah, suaminya dicurigai selingkuh. Dia meradang, menyangsikan penyangkalan suaminya, tapi bersedia memaafkan dengan alasan tiga anak mereka, masih sayang, dan tak ada bukti nyata tentang perselingkuhan itu. Perempuan temannya menjadi pendengar yang baik, dan sesekali menimpali. Mereka lalu menyimpulkan kalau istri harus selalu waspada, karena suami bisa berselingkuh setiap saat. Heee...
Sepanjang jalan, saya tidak bisa menahan senyum. Bukan menertawai ceritanya atau tingkah mereka, saya hanya menikmati fenomena, keadaan atau apalah namanya. Hal kecil yang ada di tengah rutinitas. Jika kalian perhatikan, penumpang di angkutan umum adalah individu yang sibuk dengan dunianya, pikirannya. Mereka menggunakan earphone untuk menutup pintu yang menghubungkan mereka dengan dunia. Mungkin karena mereka tak saling mengenal, dan semua orang terlalu letih untuk bersusah mencari kenalan. Tapi bukankah kita semua dapat berkenalan melalui mata, berkomunikasi dengan senyum. Setidaknya, perjalanan akan sedikit lebih hidup.
Saya jadi senang mengamati, mendengar mereka yang mengobrol. Sekali lagi, saya tidak menguping. Ini seperti mendengar sandiwara di radio. Saat saya di sebuah mikrolet, tiga anak SD ikut menjadi penumpang, Dua perempuan, satu laki. Mereka mungkin kelas 2 atau 3 SD. Bayangkan keriuhan anak kecil. Mereka berdebat tentang tempat ngaji siapa yang paling murah, belajar bersama di rumah siapa, siapa yang pintar berhitung. Ada satu waktu, mereka tiba-tiba diam, kemudian saling berbisik bertiga. Karena mereka duduk berhadapan, mereka saling mencondongkan badan ke depan, seolah merundingkan sesuatu dan kembali ke posisi semula sambil curi-curi melirik ke anak perempuan dalam angkutan yang memakai seragam SMA. Mereka melakukannya dengan terang-terangan dan tawa saya hampir meledak. Anak SMA itu hanya bisa merengut lalu membuang muka ke arah jendela. Saya tak mendengar apa yang mereka rundingkan. Saya menebak, mereka mungkin mengenali asal SMA perempuan itu, dan mengungkapkannya dengan cara yang sangat polos. Hahahahaha..
Ada banyak hal yang menarik di sekitar kita jika kita membuka mata lebih lebar. Hal-hal kecil dapat menjadi hiburan sederhana dan membuat hidup lebih terasa. Seperti terhubung dengan dunia...so leave your earphone for a while and hear the song of life .
*..di kamar dgn tumpukan jurnal yg belum di baca :(
hihihi... ceritanya lucu mbak...
BalasHapusaku udah jarang naik angkot, jadi nggak bisa ngerasain yang kyk gitu
Salam kenaal mba...iyaaa, klo sedikit kepo di angkutan bisa dengar cerita banyak..:)
BalasHapusiya, dulu waktu masih sering naik angkot juga suka kepoin orang-orang disebelah... hehe ^_^
BalasHapusjadi kangen kepoin orang *Loh??!!*
sy juga gak nguping, tapi baca tulisan, tapi kok berasa kayak denger ya.... memang ibu2 harus waspada, sebagai laki, sy paham betul apa2 yg dipikiran laki2, tapi karena untuk menjaga wibawa, saya gak kasi tahu ya apa pikiran2 laki2 itu, he
BalasHapus@Rusydi...Aishhh, jadi penasaran yg di pikiran kalian apa? hehehe
BalasHapus