2011/04/18

"Tanda Tanya"..Isn't about Pluralism for us..

Minggu dini hari, pukul 02:00...

Kami dengan riuh bersahutan mengomentari film yang baru saja kami lahap dengan rakusnya. Film karya Hanung Bramantyo yang menuai kritik di mana-mana "TANDA TANYA". Teman saya berceloteh tentang betapa kontroversialnya film itu, betapa kami beruntung karena telah menontonnya sebelum film itu di boikot karena isu Pluralisme.

Saya hanya terpekur santun mendengarnya, sambil berujar "Ohh..film itu kontroversi yah??" Maklum, di kost-an tidak ada TV, surat kabar, belum beli BB...jadi informasi kadang agak telat tibanya dan sudah basi saat ditemukan..^^.. Penasaran saya menumpuk, mendesak untuk dituntaskan hingga saya berakhir di depan laptop dengan beberapa artikel tentang film itu.

So, what's pluralism?
Secara etimologi, pluralisme agama, berasal dari dua kata, yaitu "pluralisme" dan "agama". Dalam bahasa Arab diterjemahkan "al-ta'addudiyyah al-diniyyah"6 dan dalam bahasa Inggris "religious pluralism". Pluraisme berasal dari kata "plural" yang berarti banyak atau berbilang atau "bentuk kata yang digunakan untuk menunjukan lebih daripada satu" (form of word used with reference to more than one)
Menurut MUI, "Pluralisme Agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang
benar sedangkan agama yang lain salah.

Nah..titik perdebatannya adalah landasan yang digunakan untuk melihat pluralisme tersebut yang kemudian menentukan bagaimana menyikapi arti kata tersebut. Sikap golongan fundamentalis Islam yang bercorak eksklusif-Islamsentris menegaskan jika tidak ada keselamatan di luar agamanya, dan melahirkan ketakutan bahwa film ini akan meracuni umatnya dengan anggapan bahwa "semua agama memiliki kebenarannya, Tuhan itu satu..hanya penyebutannya saja yang berbeda, hanya jalan-jalan untuk mengenalnya saja yang beragam" seperti yang selama ini dianut oleh golongan Islam moderat yang bersikap inklusif Islam-sentris.

I don't have eagerness to join in that disputation coz I'm aware that I 'm lack of knowledge about that. Hanya ingin mengatakan kalau kedua paham ini tentunya memiliki dasar yang cukup kuat untuk mendukung pandangan mereka. So before u search more information about it, please not careless to judge that film .

I was just interested with the impression after watched that movie. We had a different impression and believe or not, there's no one opinion about pluralism.




Nana Pranasari : Ini tentang "ada rasa yang tidak tuntas, ada rasa yang tidak selesai" (simak adegan Menuk dan Ping Hen)













Kartika Ika Pratiwi : Ini tentang "klo jodoh..tak akan ke mana" (simak adegan Menuk dan Ping Hen)


















Saya : "semuanya karena Menuk, perempuan" (simak adegan "Menuk")





See...!!! bagaimana film membuat kesan pada dirimu, tergantung pada situasi hatimu saat itu, juga tentunya dipengaruhi cara pandang dan tingkat pengetahuanmu.

No one about "pluralism"..may they're just too worried about that movie whereas' d in fact wasn't too worried. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar