*silahkan di klaim gambarnya, lupa sumbernya
"Can I get him one call?"...terbentuk genangan air di sudut matanya
"For what?"..ku berikan selembar tissue padanya.
"I don't know..just wanna call him"..isak pelan memainkan nadanya
"You can't..you SHOULD NOT call him"...ku katakan dengan tegas. Ingin rasanya melempar kepalanya dengan bantal, atau menyiraminya dengan air dingin. Aku bosan melihat wajah lesunya yang sepanjang hari menularkan kemuraman.
"I miss him...."..isaknya semakin bernada tinggi.
"He didn't miss you!!" ku bisikkan di telinganya. Dia menunduk, membiarkan air matanya berjatuhan di atas bantal.
"You can't call him, not for him..but for you. You know that it will be more difficult for you, if you miss him again in another time. Please..stay with your rasionality, even you need one years to feel comfort, just try to pass it," Aku memeluknya erat.
...cerita di suatu sore
Menemukan tulisan ini dalam draft blog, dan berakhir dengan perut sakit karena tertawa. Ini kejadian entah kapan, tapi aku tau saat itu Aku sangat merindukan dia. Tulisan ini dibuat untuk menguatkan hati, yang mengiba sepanjang hari dan membuat kepala sakit. Akhir cerita, Aku menelponnya beberapa hari kemudian, saat rasionalitasku terjaga baik. Tak ada air mata di sana. Aku merindukannya tapi tidak lagi menginginkannya, toh Aku tak pernah memilikinya, harusnya Aku tak kehilangan. Dia milik Tuhannya, dan Aku milik-Nya juga. Kita semua tak pernah benar memiliki, hanya Tuhan yang memiliki. @ikhlaskan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar