Playing trampoline like our lifes, up and down... |
How’s my life…?
Stagnasi di satu titik selalu menjadi hal yang menyebalkan.
Pikiran dan jiwa rasanya beku, semakin berat hingga pelupuk mata terpaksa mengatup.
Tidur..? Sayangnya tidak…kalaupun iya, jauh dari lelap. Kepalaku terlalu penuh,
hiruk pikuk seperti genderang yang ditabuh tanpa henti.
Kemarin, Tuhan sedikit memberi kejutan. Sesuatu yang tak
pernah terpikir karena saya pun sudah membuangnya jauh. Saya memutuskan tidak
ada celah tempat cahaya bisa masuk memberi jalan hingga saya memutuskan untuk
berhenti saat itu, mengemas semua harap, khayal-khayal yang tampak
menyenangkan. Saya pun lupa tentangnya.
Siang terik dan kami memutuskan untuk mencari sejuk di
sebuah mall setelah tak ada rekomendasi
tempat lain yang masuk akal untuk
sekedar duduk, membuka laptop, sedikit ngobrol dan mencecap kopi. Saya tidak
berharap bertemu siapapun, hanya ingin duduk di sana, mendengar cerita dari
sahabat saya yang cantik tentang hidupnya yang baru (dia baru saja menikah) dan
menyelesaikan proposal yang harusnya sudah selesai sejak beberapa bulan lalu.
Keinginan saya sederhana bukan? Hingga semesta ingin bermain-main.
Dia berdiri di sana, saya bahkan bisa mengenalnya dari punggungnya.
Hebatkan? Seseorang yang baru beberapa bulan lalu mengambil satu tempat di
hati, dengan interaksi yang sangat minim, kisah yang berakhir bahkan sebelum
dimulai. Dia berbalik saat saya dengan impulsif seperti biasa, meneriakkan
namanya. Jika ada kamera saat itu, saya akan minta seseorang merekam perubahan
mikro dari otot-otot wajahku. Hatiku yang seketika terbangun dengan semangat membara
tergambar dari binar mata dan senyum lebar, sepersekian detik logika menegur
untuk menurunkan harap, membuat ragu menahan ekspresiku. Saya tidak mengharapkan
pertemuan ini. Sungguhhhh…!!
Kembali..jatuh cinta tanpa aba-aba, setiap cerita yang terus
dituturkannya seperti dongeng yang kurindukan. Kehidupan yang mengagumkan, ide-ide
spektakuler…bagaimana saya bisa menahan diri tidak menyukainya? Hanya beberapa
jam dengannya membongkar tatanan hidupku yang rapi untuk beberapa minggu ke
depan. Tapi..karena ini terlalu sayang untuk dilewatkan..tak ada salahnya untuk
menikmatinya saja kan.
Hei kamu…saat tatap kita bertemu, lihat pupilku yang melebar…saat
melihat wajahku, lihat senyumku yang sangat lebar hingga deretan gigiku ikut
menampakkan diri..saat duduk di sampingku, lihat arah ujung kakiku, mereka
menunjuk padamu. Saya memberikanmu tanda sebanyak itu. Sesuatu yang sudah
ditetapkan semesta hingga saya melakukannya tanpa sadar. Sesuatu yang tak perlu
dipelajari karena melekat dalam diri kemanusiaan setiap orang. Sesuatu yang
rasanya tak perlu kuabadikan dalam kata untukmu memahaminya. Tapi…hampir yakin,
walaupun saya menyangkalnya berulang kali, dia bukan tak memahaminya, dia tak
mau mengetahuinya. Menganggap sesuatu tak ada terkadang lebih mudah dan jalan
untuk hidup tetap berlanjut tanpa masalah baru.
Kupikir pertemuan itu sebuah petunjuk dari semesta, tapi ternyata
hanya sesuatu yang menyela hidup. Mungkin semesta hanya ingin menggodaku.
Terima kasih..rasa yang sepertinya sedang bermain trampolin, beristirahatlah
jika sudah lelah. Turun dari sana, seka keringat yang bercucuran dan selesaikan
tawamu. Bagian menegangkannya sudahi dulu, kembalikan hati ke jalan lurus.
Ingatkan saya untuk lari saja saat melihatnya suatu hari
nanti. Semua ceritanya membuat kewarasan hilang selama berhari- hari. Jika saya
masih memiliki energi untuk kembali ke trampolin yang baru saja kumainkan…mungkin
saya akan menghampirinya. Jika saya sedang gila, saya akan menanyakan ini “ Yakin,
tidak menyukaiku? Bukankah kita memberikan tanda semesta yang sama saat bertemu
(walaupun yakin, saya yang paling
menunjukkannya)?”
Jangan berkata “tidak”,
kumohon. Cukup berikan tawamu dan mari kita melupakan semuanya. You never hear
me said something like that,coz I never said it. Deal!!!