Dia lagi-lagi
memarahiku, kali ini lewat pesan singkat yang bertubi. Kami punya kebiasaan
buruk, saling menanyakan kisah cinta, pria di hidup kami, rasa kami, dan how's
life? Aku akan senang mendengar ceritanya yang panjang, penuh kelokan, berulang
di plot yang sama, menanyakan hal yang sama berulang dan menjawabnya sendiri di
akhir. Saat giliranku bercerita, Aku akan diam tanpa gerak, menyamarkan rasaku
dengan emoticon senyum yang akan di balasnya dengan omelan panjang. Dia
sangat cerewet, pikirku sambil membayangkan mencubit pipinya, menarik sejumput
rambutnya dan membiarkannya mengejarku.
Dia pernah menutup
telfon hanya karena Aku menyukai pria yang tak disukainya. Dia pernah mengancam
akan marah padaku seumur hidup jika meneruskan ide gilaku menikah dengan pria
yang baru saja datang dihidupku. Saat Aku datang padanya dengan menangis di
akhir semua cerita, dia mengelus hatiku dengan kata-kata menyalahkan. Teman
yang aneh, bukannya tugasnya untuk memberikan kata manis dan membuatku berhenti
menangis?
"Jangan tutup
dirimu...!!!" katanya dengan semangat
"Kalau Aku tidak
menutup diri dan menikah duluan, gimana?" Aku menggodanya
"Ku ketok kepala mu
kalau menikah duluan"....dan kami tertawa.
Setiap kisah cinta kita
adalah pilihan, menyadarinya membuat semuanya lebih mudah dijalani. Kebahagiaan
dan kesedihan tak memiliki bentuk yang jelas atau garis batas yang pasti.
Semuanya tergantung pada kita yang mengisahkan dan memutuskan bentuk rasanya, apakah
sedih atau bahagia. Tidak berarti cerita yang tidak biasa adalah salah, dia
hanya cerita yang tidak umum dijalani atau didengar oleh banyak orang hingga
mereka akan terus bergunjing karena tak punya pengetahuan tentangnya. Itulah
tugas orang banyak, terus mengkritik dan mengingatkan tapi tidak menentukan
bagaimana kita menjalani hidup. So...just give a shoot, at least u will know
how is d' feel.
NB : Memelukmu dari jauh
sayang ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar